Saya ulangi ya kalimat terakhir dari bagian sebelumnya. Bahwa
manusia sebenarnya terlibat dalam menciptakan realitas (kenyataan).
Kita terlibat dalam proses mengaktualkan samudera potensi kemungkinan
kejadian tiada batas. Jika niat, pengamatan dan perhatian
kita bisa mempengaruhi perilaku quantum sebagai “bahan baku” alam
semesta, maka bisa dipastikan apapun yang kita amati dan kita perhatikan
dalam kehidupan akan mempengaruhi hal yang tersebut. Dengan pemahaman
ini maka kita harus semakin “eling lan waspodo” dengan input informasi
yang kita terima. Karena saya melihat media lebih cenderung
mengeksploitasi berita yang “negatif”. Jarang kan anda liat koran
headline-nya, “ISTRI PRESIDEN IKUT ARISAN RT”. Kalaupun ada kayaknya
jarang juga yang beli. Tapi coba kalau headline-nya begini, KAKEK-KAKEK
USIA 80 TAHUN MEMPERKOSA 5 WANITA. Kayaknya tuh koran bakalan laris
karena ada sebuah rasa penasaran, “kok bisa kakek-kakek kuat memperkosa
lima wanita?”, “itu si kakek pake obat kuat apaan?”. Ini bisnis
sodara-sodara, tidak akan perduli dengan efek-efek yang sedang kita
bahas. Lagian saya kira kita tidak perlu menyalahkan mereka. Lha
salahnya kita khan, kenapa mau baca? Kenapa kita mau nonton?”
Nah mungkin ada yang masih mempertanyakan, apa iya demikian? Sebegitu hebatkan pikiran? Begini aja deh. Coba perhatikan. Apa di Eropa ada hantu pocong? Apa di Jawa ada hantu drakula? Tidak bukan? Pocong ya di Jawa dan Drakula ya di Eropa. Bisakah anda melihat peran pikiran dan keterhubungannya dengan realita? Bahkan hasil riset menunjukkan ada perubahan gaya gravitasi bumi yang signifikan pada saat moment moment tertentu, misalnya saat tragedi WTC dan tragedi kemanusiaan sejenis lainnya. Ketika perhatian ini dilakukan secara massal dampaknya sangat luar biasa kawan. Saya beri contoh satu lagi. Ini sudah lama, saya pernah beberapa kali mendemonstrasikan bagaimana kita bisa mempengaruhi cuaca. Dan bagi saya yang paling mudah adalah angin / udara. Salah satu demonstrasi itu saya lakukan di telagasunyi baturraden. Dua orang rekan saya menonton bagaimana saya melakukannya. Dan ini divideokan. Sempat video ini saya tampilkan di pelatihan, tapi kemudian saya hapus. Karena dampaknya tidak baik. Bisa dianggap klenik, atau bahkan memicu napsu duniawi untuk “memperalat” alam semesta yang sudah harmoni tanpa campur tangan keinginan kita. Jadi waktu itu hanya dalam rangka pembuktian.
Waktu itu saya meminta 2 reka saya memperhatikan keadaan sekeliling. Bagaimana dedaunan bergerak dan merasakan seberapa cepat angin berhembus. “Kebetulan’ di telagasunyi ini sangat sunyi. Bahkan angin saja sangat sangat jarang. Sehingga dedaunan hampir terlihat tidak bergerak. Nah mulailah saya melakukan “sesuatu”. Niat, perhatian dan fokus saya arahkan dan beberapa saat kemudian tubuh saya bergerak sendiri mengikuti “maunya alam”. Kemudian apa yang terjadi? Udara bergerak mulai cepat dan semakin cepat hingga membuat dedaunan di situ “kalang kabut”. Dan ketika saya hentikan apa yang saya lakukan, semua kembali sunyi. Contoh lainnya. Dalam keadaan terdesak untuk membantu pihak tertentu saya melobi “semesta” untuk mempause hujan. This is true !!. Salah satu yang pernah melihat adalah bro Fahmy Arafat Daulay, dan dia menuliskan soal “mempause hujan” ini dalam catatannya saat bertualang ke Jawa dan berjumpa dengan saya. Ini murni dengan kekuatan pikiran bukan pakai jin, setan, iblis atau semacamnya. Jika anda tanya caranya? Maaf saya tidak akan menshare-nya. Biarkan alam mengalir apa adanya kawans. Jangan merusak keseimbangannya hanya karena ego dan kepentingan kita.
Sampai di sini apakah anda sudah mendapatkan point-point-nya? Supaya lebih mantap perhatikan gambar berikut ini :
Gambar di atas menunjukan bahwa awalnya segala sesuatu itu berupa lautan kemungkinan (wave). Masih berupa POTENSI kejadian. Saat kita mengamati, meniatkan dan memberikan perhatian potensi itu akan aktual menjadi realita. Bayangkan jika yang memberikan perhatian ini jutaan orang! Bayangkan jika yang diperhatikan adalah hal negatif! Saya kira saya tidak perlu lagi menjelaskannya. Kawans. Mulai-hari ini saya mengajak sekali lagi. Mari saling mengingatkan. Agar semua menjadi lebih eling dan lebih waspodo. Dengan demikian kehidupan ini menjadi lebih harmoni. Sampai jumpa dalam note selanjutnya.
Tamat.
Salam Quantum.
ARIF RH
(The Happiness Consultant)
Nah mungkin ada yang masih mempertanyakan, apa iya demikian? Sebegitu hebatkan pikiran? Begini aja deh. Coba perhatikan. Apa di Eropa ada hantu pocong? Apa di Jawa ada hantu drakula? Tidak bukan? Pocong ya di Jawa dan Drakula ya di Eropa. Bisakah anda melihat peran pikiran dan keterhubungannya dengan realita? Bahkan hasil riset menunjukkan ada perubahan gaya gravitasi bumi yang signifikan pada saat moment moment tertentu, misalnya saat tragedi WTC dan tragedi kemanusiaan sejenis lainnya. Ketika perhatian ini dilakukan secara massal dampaknya sangat luar biasa kawan. Saya beri contoh satu lagi. Ini sudah lama, saya pernah beberapa kali mendemonstrasikan bagaimana kita bisa mempengaruhi cuaca. Dan bagi saya yang paling mudah adalah angin / udara. Salah satu demonstrasi itu saya lakukan di telagasunyi baturraden. Dua orang rekan saya menonton bagaimana saya melakukannya. Dan ini divideokan. Sempat video ini saya tampilkan di pelatihan, tapi kemudian saya hapus. Karena dampaknya tidak baik. Bisa dianggap klenik, atau bahkan memicu napsu duniawi untuk “memperalat” alam semesta yang sudah harmoni tanpa campur tangan keinginan kita. Jadi waktu itu hanya dalam rangka pembuktian.
Waktu itu saya meminta 2 reka saya memperhatikan keadaan sekeliling. Bagaimana dedaunan bergerak dan merasakan seberapa cepat angin berhembus. “Kebetulan’ di telagasunyi ini sangat sunyi. Bahkan angin saja sangat sangat jarang. Sehingga dedaunan hampir terlihat tidak bergerak. Nah mulailah saya melakukan “sesuatu”. Niat, perhatian dan fokus saya arahkan dan beberapa saat kemudian tubuh saya bergerak sendiri mengikuti “maunya alam”. Kemudian apa yang terjadi? Udara bergerak mulai cepat dan semakin cepat hingga membuat dedaunan di situ “kalang kabut”. Dan ketika saya hentikan apa yang saya lakukan, semua kembali sunyi. Contoh lainnya. Dalam keadaan terdesak untuk membantu pihak tertentu saya melobi “semesta” untuk mempause hujan. This is true !!. Salah satu yang pernah melihat adalah bro Fahmy Arafat Daulay, dan dia menuliskan soal “mempause hujan” ini dalam catatannya saat bertualang ke Jawa dan berjumpa dengan saya. Ini murni dengan kekuatan pikiran bukan pakai jin, setan, iblis atau semacamnya. Jika anda tanya caranya? Maaf saya tidak akan menshare-nya. Biarkan alam mengalir apa adanya kawans. Jangan merusak keseimbangannya hanya karena ego dan kepentingan kita.
Sampai di sini apakah anda sudah mendapatkan point-point-nya? Supaya lebih mantap perhatikan gambar berikut ini :
Gambar di atas menunjukan bahwa awalnya segala sesuatu itu berupa lautan kemungkinan (wave). Masih berupa POTENSI kejadian. Saat kita mengamati, meniatkan dan memberikan perhatian potensi itu akan aktual menjadi realita. Bayangkan jika yang memberikan perhatian ini jutaan orang! Bayangkan jika yang diperhatikan adalah hal negatif! Saya kira saya tidak perlu lagi menjelaskannya. Kawans. Mulai-hari ini saya mengajak sekali lagi. Mari saling mengingatkan. Agar semua menjadi lebih eling dan lebih waspodo. Dengan demikian kehidupan ini menjadi lebih harmoni. Sampai jumpa dalam note selanjutnya.
Tamat.
Salam Quantum.
ARIF RH
(The Happiness Consultant)