Selasa, 30 Oktober 2012

VIBRASI DO’A VERSUS VIBRASI AFFIRMASI

0 komentar
Selamat morning!!! Apa khabaaar? He he he. Lama juga ya jeda saya ndak bikin note? Sengaja, supaya anda gak kebanyakan baca dan saya juga gak kebanyakan menulis. Sehingga kita sama-sama sempat mempraktekkan note-note yang sebelumnya selama waktu jeda kemaren bukan cuman teori thok. Baik. Topik kita kali ini adalah do’a versus affirmasi. Note ini berbahan dasar sama sebagaimana tulisan-tulisan sebelumnya yaitu dari perenungan terhadap hidup saya sendiri, pengamatan dan puncaknya adalah setelah perbincangan “utara selatan” (baca : ngobrol ngalor-ngidul) dengan seorang sahabat saya di Dharmaputra Residence Yogyakarta pasca mengikuti workshop Quantum X Formation yang dipandu oleh Mas Ifan Winarno. Awalnya topik ini mau saya jadikan status, tapi saya kira status itu terlalu pendek untuk membahas ini. Lebih asyik jika saya buat note. Hayuk kita mulai pembahasannya.

Do’a yang saya bahas kali ini tidak saya artikan do’a sebagaimana biasanya. Karena bagi saya sejatinya do’a adalah getaran (vibrasi) pikiran dan perasaan kita setiap saat. Nah kata do’a yang saya gunakan di sini adalah do’a dalam artian pada umumnya dimana di dalam struktur kalimatnya menyebut kata Tuhan, misalnya Ya Allah bagi yang muslim. Kemudian affirmasi di sini saya artikan secara sederhana sebagai kata-kata atau kalimat tertentu yang kita tujukan untuk mensugesti diri sendiri tanpa menyebut kata Tuhan. Kita ambil sebuah kasus dalam situasi perlombaan pidato. Contoh do’a dalam kasus itu misalnya begini, “Ya Allah, Yang Maha Memampukan, hanya dengan Ijin-Mu lah saya bisa tampil baik di atas podium. Ya Allah apapun keputusan-Mu itu yang terbaik dan aku menerima apa adanya”. Sementara contoh affirmasi dalam kasus itu begini, “Saya bisa pidato, saya bisa, saya hebat, saya hebat, saya tenang, saya tenang”. Nah kira-kira mana yang lebih powerfull? Do’a atau Affirmasi?

Kata versus dalam judul TIDAK saya maksudkan untuk membandingkan bahwa yang satu salah dan yang satunya benar. Di sini saya hanya ingin membagikan apa yang saya pahami bahwa do’a dan affirmasi itu memang sama-sama efektif dan sama-sama menimbulkan vibrasi (getaran) tapi DALAM KASUS yang saya contohkan DI ATAS, do’a menurut saya memiliki vibrasi yang jauh lebih besar. Mengapa? Karena do’a mengajak kita untuk TIDAK MELEKAT DENGAN HASIL, sementara affirmasi membuat kita MELEKAT DENGAN HASIL. Dimana kuncinya? Karena dalam do’a ada PIHAK yang kita posisikan untuk MENYERAHKAN URUSAN kita yaitu TUHAN. Sementara dalam affirmasi TIDAK ADA. Sebagaimana sering kita bahas di wall, SAAT KITA TIDAK MELEKAT segala sesuatu terjadi sesuai dengan keselarasan. SAAT TIDAK MELEKAT maka VIBRASI kita POWER. SAAT kita MELEKAT segala sesuatu berjalan dengan BERAT bahkan MINGGAT. SAAT MELEKAT maka VIBRASI kita FORCE.

Saya justru merasa kasihan dengan orang yang tidak percaya adanya TUHAN lalu mereka mencemooh orang yang percaya adanya TUHAN. Karena kunci TIDAK MELEKAT adalah MENYERAHKAN URUSAN. Lha kalo TIDAK BERTUHAN lalu urusan dia mau diserahkan ke siapa? Gak bisa, dalam sudut pandang saya tercapainya KETIDAKMELEKATAN membutuhkan PIHAK LAIN untuk melakukan PENYERAHAN. Dan PENYERAHAN yang TOTAL dalam MEMBEBASKAN kita dari KEMELEKATAN adalah ketika PIHAK LAIN itu UNLIMITED dan TIDAK TERBATAS RUANG WAKTU. Jadi saat dimana saja kita mau MENYERAHKAN URUSAN pihak tersebut SELALU ADA. Dan seberat apapun urusan yang DISERAHAKAN, pihak lain itu HARUS SELALU BISA MENANGGUNGnya. Siapa lagi yang bisa memenuhi kriteria itu selain TUHAN?

Saya sejak tahun 2004-2008 sering melakukan affirmasi ini dan saya amati kok mengapa masih terasa berat di dada ya? Akhirnya ketahuan jawabannya. Karena saat affirmasi KITA MENANGGUNG URUSAN ITU SENDIRIAN. Namun saat kita MELIBATKAN TUHAN serasa lebih RINGAN karena kita telah MELEPASKAN dan TIDAK MELEKAT. Memang betul bahwa dalam do’a ada unsur atau pola-pola affirmasi, TAPI AFFIRMASI BERBEDA DENGAN DO’A. Jika anda pernah belajar teknik EFT (Emotion Freedom Technique) dan SEFT (Spiritual Emotion Freedom Technique) pasti bisa lebih menangkap apa maksud saya. SEFT itu adalah turunan dari EFT. Tekniknya boleh dibilang 98% sama persis. Lalu apa yang membedakan dan menjadikan SEFT lebih powerfull?

Bedanya kalimat awal terapi (kalimat set-up) dalam EFT yang dilakukan adalah affirmasi (tidak menyebut kata TUHAN), sedangkan dalam SEFT affirmasi itu dirubah sedikit dengan ditambahkan menyebut kata TUHAN. Sehingga kalimat affirmasinya converted menjadi do’a. Para pelaku EFT mengakui hal ini loh, sehingga tidak heran jika anda beli buku-buku EFT di Indonesia saat ini kalimat set-up nya sudah ditambahi kata YA TUHAN, atau YA ALLAH, padahal EFT versi original yang diciptakan Gary Craig tidak seperti itu. So, mengakhiri tulisan saya ini silahkan anda pilih sendiri. Mau lebih banyak affirmasi? Atau lebih banyak berdo’a? Mau MELEKAT? Atau TIDAK MELEKAT? Mau segala urusan ditanggung sendiri? Atau diserahkan kepada-NYA? See you :).



Tamat.

Salam Quantum.

ARIF RH
The Happiness Consultant

Leave a Reply

 
Samudro Putih © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here