Selasa, 30 Oktober 2012

FROM MINUS TO SURPLUS ; BEBAS DARI HUTANG, HIDUP APA ADANYA – Bagian 1

0 komentar

Saya tidak tahu bagaimana definisi anda tentang sukses, kaya dan bahagia. Namun bagi saya sederhana saja. Sukses, bahagia dan kaya itu tidak punya hutang. Ya, sesederhana itu definisi saya. Hutang yang saya maksud di sini adalah hutang finansial. Hidup bebas tanpa hutang itu sangat sangat indah. Karena saya pernah merasakan dahulu hidup penuh dengan hutang. Meskipun bagi saya sekarang nominal hutang yang dulu itu kecil tapi bagi saya dulu itu sangat-sangat memusingkan. Bikin tidak nyenyak tidur dan tidak enak makan. Hape sering berdering dan isi sms nya pasti sangat bisa ditebak. TAGIHAN !!! Itulah sebabnya saya dulu sering mematikan handphone dan bahkan berganti-ganti simcard. Memang ada sebagian komunitas yang justru mengajarkan anggotanya untuk berhutang, dalam konteks membangun sebuah bisnis. Bahkan katanya lebih menguntungkan jika berbisnis itu menggunakan uang bank daripada uang pribadi.

Saya tidak menyalahkan itu karena keberadaan orang-orang yang memiliki pemikiran itu dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan. Apa yang terjadi kalau semua orang punya pola pikir kayak saya ini? Semua bank dan perusahaan leasing bisa bangkrut. Karena bank dan leasing itu penghasilannya khan dari orang yang utang? Justru bank punya kewajiban mengeluarkan uang (bunga) setiap bulan kepada para penabung. Sementara ia akan menerima pemasukan dari para penghutang (kredit). Bank itu sebenarnya kagak punya uang, ia hanya menjembatani orang yang kelebihan uang dan orang yang kekurangan uang.

Mengapa orang terjerat hutang? Ini sangat bervariasi penjelasannya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan memang ada kategori hutang yang baik dan ada hutang yang buruk. Nah lalu darimana pengkegorian sebuah hutang itu baik atau buruk? Dalam hal ini saya hanya berkaca dari kesalahan-kesalahan saya dimasa lalu dalam membuat pengkategoriannya. Hutang baik dan hutang buruk saya kategorikan berdasarkan alasannya. Alasan kenapa seseorang itu berhutang? Nah sebenarnya judul di atas itu hutang yang saya maksud adalah terbebas dari hutang yang buruk ini. Meskipun tetap bagi saya lebih indah tidak punya hutang daripada punya hutang meskipun hutang itu hutang baik.
Seringkali seseorang berani berhutang atas nama bahwa ini kebutuhan, padahal kalo dicermati dengan baik itu hanya nampaknya saja. Kelihatannya kebutuhan, padahal itu sebenarnya keinginan.

Nah dulu saya terjebak di keinginan ini. Dan sebenarnya keinginan ini bukan faktor keinginan pada sesuatu yang ingin dimiliki tapi “gengsi” yang ingin diperoleh setelah saya memiliki sesuatu itu. Gengsi ini bekerja dengan sangat halus sehingga keinginan menyamar menjadi kebutuhan. Ya, saya ingin dibilang sukses dan kaya. Sehingga dibela-belain memiliki sesuatu itu. Biar tidak dibilang ketinggalan zaman. Biar dibilang gaul. Biar bergengsi dan modern. Apakah salah? Tidak kalo duitnya banyak. Lha masalahnya yang sering kena faktor gengsi ini adalah orang yang duitnya cekak alias pas-pas an. Kita ambil contoh sederhana pas makan bareng teman-teman. Dulu saya vibrasi full force gengsinya tinggi. Kalau makan liat teman-teman yang laen pake lauk ayam saya ngikut. Gengsi kalau mau ngambil lauk tempe. Pola-pola gini yang akhirnya ngabisin duit. Dalam analisa vibrasi niat saya aja udah force yaitu gengsi. Akan lain ceritanya kalau niat saya adalah berbagi rejeki dengan pemilik warung.



Saya sangat prihatin dengan kisah teman-teman saya yang akhirnya harus saya terapi karena kejebak gengsi ini. Beli mobil mewah dan rumah yang tergolong mewah karena beban atribut yang dilabelkan lingkungan kepadanya. Akhirnya berurusan dengan tukang pukul penagih utang. Kenapa sih gak hidup apa adanya? Bukankah mendingan tampak miskin tapi rekening banknya full duit? Daripada tampak kaya tapi kalo naik mobil ngliatnya ke indikator bensin terus karena cemas duitnya cekak buat beli bensin. Sekali lagi saya tidak mengatakan membeli rumah mewah dan mobil itu salah. Tapi kalau belum mampu jangan dipaksakan hanya karena gengsi. Hanya karena ingin memiliki sebuah blackberry seseorang rela mengurangi jatah makan dari dua kali sehari menjadi sekali sehari. Dan ini realita agar dibilang gaul. Saya berani nulis ini ya karena saya juga dulu sangat-sangat kejebak gengsi ini. Saya pernah menuliskan tema serupa dengan ini di catatan lawas saya berjudul MELEPASKAN TOPENG. Gengsi inilah sumber dari hutang buruk. Hutang saya sekitar 20 jutaan tahun 2005-2006 sebagian besar karena gengsi.

Dalam pembahasan ini kita perlu mengenal dua hal, yaitu ASET (Asset) dan LIABILITAS (Liability). Apa itu? Aset itu sesuatu yang jika dimiliki akan membuat nilai kekayaan kita bertambah alias membuat kita semakin kaya. Sedangkan liabilitas adalah sesuatu yang jika kita miliki justru membuat kita semakin miskin dan banyak pengeluaran. Nah saat kita jadi “orang gengsian” maka “mata kebijaksanaan” kita akan tertutup. Kita tidak mampu melihat (membedakan) mana yang merupakan asset dan mana yang merupakan liability. Semuanya seolah jadi asset. Oke, supaya gampang dipahami saya akan berikan contoh tentang aset dan liabilitas ini.

Bersambung ke bagian 2 ...

Salam Quantum ...

ARIF RH
The Happiness Consultant

Leave a Reply

 
Samudro Putih © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here