Selasa, 30 Oktober 2012
FROM MINUS TO SURPLUS ; BEBAS DARI HUTANG, HIDUP APA ADANYA – Bagian 2
Categories :
Kita ambil contoh sepeda motor. Itu asset atau liabilitas? He he. Jelas dengan kita memiliki sepeda motor pengeluaran kita bertambah khan? Jadi beli bensin, pajek, servis, ganti oli dan lain-lain. Apalagi kalo belinya kredit, tiap bulan nanggung cicilan. Tapi tunggu dulu. Kalo gak punya sepeda motor pengeluaran malah lebih besar dan waktu tidak efisien. Nah nah, jadi gimana? Kalau sepeda motor itu digunakan sebagai fasilitas berangkat kerja, buat ngojek, atau disewakan maka itu jadi asset karena mendatangkan penghasilan. Namun kalo sepeda motornya kebanyakan malah sering untuk jalan-jalan, main-main gak karuan, membuang waktu menghabiskan bensin, khan malah bisa tambah boros ini jadi liabilitas.
Bagi anda yang pernah baca bukunya Robert T. Kiyosaki mungkin pendefinisian asset dan liabilitas yang saya uraikan di sini agak berbeda. Yah, suka suka saya aja ya? Oke? ha ha ha. Yang penting saya gampang ngejelasinnya. Jadi sejatinya segala sesuatu itu adalah liabilitas dan kebijaksanaan kitalah yang membuatnya menjadi asset. Badan kita ini contohnya. Jelas ia membutuhkan pengeluaran rutin yaitu makan. Bisa kebayang kalo raga ini gak dikelola dengan baik. Gak jadi asset tentunya. Tekor dah, bangkruuutt !!
Selain di atas perlu kita cermati juga apabila kita mau membeli sebuah barang secara kredit. Kalau nilai barang itu semakin menurun maka sebisa mungkin beli cash. Misalnya anda beli smartphone. Baru beli aja dijual lagi udah turun harganya. Kebayang gak kalo anda beli kredit? Anda sedang mencicil sebuah barang yang harganya selalu turun. Sangat berbeda halnya dengan tanah atau rumah. Semisal dikredit pun harganya minimal tetap bahkan naik. Beberapa kawan saya “mainannya” kayak gitu, beli rumah secara kredit lalu dijual sama orang dengan harga tinggi jadi untung besar he he. Yang begitu saya gak punya ilmunya. Tapi nangkep ya intinya?
Saya ulangi deh. Kalau barangnya harganya turun terus sebisa mungkin beli cash, jangan kredit. Kecuali penghasilan anda sangat-sangat besar atau digunakan untuk usaha. Sekali lagi ini lain ceritanya. Misalnya teman saya beli mobil kredit lalu direntalkan. Sehingga mobil yang dibeli secara kredit itu “membayar cicilannya sendiri” setiap bulan. Sekarang ayo dicek. Adakah barang-barang yang kita beli secara kredit? Lalu, apakah nilai barang yang kita beli itu nilainya selalu turun? Berapa banyak barang demikian yang kita beli secara kredit? Ini perlu kita evaluasi. So, saya senyum-senyum sendiri kalo ada yang bela-belain beli smartphone secara kredit hihihi. GENGSI ternyata SANGAT MAHAL HARGANYA BUNG !!! Ini akan menjerat kita dalam hutang buruk.
Saya punya seorang teman baik inisialnya K. Penampilannya sangat bersahaja. Saya kenal dia tahun 1998 di Purwokerto. Dia kuliah di Bandung. Saat itu dia sedang mudik ke Purwokerto. Saya punya sahabat inisalnya D dan dia ini sahabat baik si K. Saya kenal si K dari si D. Bertahun, tahun saya tidak pernah tahu kalo si K ini sangat-sangat kaya. Lha penampilannya biasa saja. Bahkan kaos yang dipakai sobek di beberapa bagian. Beberapa tahun kemudian saya “mangap”, ternyata si K ini sangat kaya. Mobilnya lebih dari 5. Saya malu sekali dalam hati. Orang kaya aja gak sombong, lah gue kok sombong banget ya suka pamer dan bergaya hidup mewah? Wuakakakkkk !!! Memang biasanya yang sombong itu biasanya gak kaya-kaya banget kok. Kita bisa lihat bagaimana Om Liem (Almarhum). Untuk ukuran orang sangat kaya seperti Om Liem, gaya hidupnya sangat sangat sederhana.
Oke kita belajar dari satu tokoh lagi yang bernama Warren Buffet. Warren Buffett yang juga sering disebut “Oracle from Omaha”, saat ini memiliki harta kekayaan bernilai sekitar US$47 miliar. Bersama istrinya, pria 79 tahun tersebut masih tinggal di rumah sederhana dengan 3 kamar berukuran kecil di Omaha, Nebraska, AS yang dibeli dengan harga US$31,500, lebih dari 50 tahun lalu. Meskipun Rumah yang dia miliki tersebut tetap tidak ia beri pagar, tetapi ia berkata bahwa ia mempunyai apa yang dia butuhkan di dalam rumah itu. Buffet bepergian tanpa dikawal siapapun dan membawa sendiri mobil pribadi sederhana yang dipakai hingga rusak sebelum digantinya. Dia tidak berkeliling dunia memakai jet pribadi, meski ia memiliki salah satu perusahaan pesawat jet terbesar di dunia. So, apakah kita mau pake topeng yang bernama gengsi? Jika masih, sangat sulit membebaskan diri kita dari hutang. Pondasi awal terbebas dari hutang buruk adalah membuang jauh-jauh yang namanya gengsi. Gengsi? Ke laut aje he he he.
Nah mungkin ada beberapa dari anda bertanya, “pak, saya kejebak utang banyak bukan karena faktor gengsi tapi memang pendapatan saya tidak besar sehingga tidak sebanding dengan pengeluaran”. Lalu bagaimana saya keluar dari persoalan ini? Kalau seperti ini mau tidak mau kita membahas soal vibrasi, force dan power. Jangan bosen ya, memang itu sih penjelasannya. Saya akan ceritakan pengalaman saya pribadi, pengalaman beberapa rekan dan peserta pelatihan yang mengalami keajaiban dalam melunasi hutangnya. Namun yang saya amati, ternyata tidak semua orang sungguh-sungguh niat lepas bebas dari yang namanya utang. Bahkan, membayar utang tidak dijadikan prioritas utama dalam rencana hidupnya.
Bersambung ke bagian 3 ...
Salam Quantum ...
ARIF RH
The Happiness Consultant
Langganan:
Posting Komentar (Atom)