Wuzzzzzzzz
langsung ganti “zaman”. Niy singkat cerita saya sudah lepas dari
persoalan utang. Saya dikenalkan dunia pengembangan diri pada tahun
2007. Nah dari sini saya mendapatkan banyak jawaban atas apa yang saya
alami di masa lalu terkait dengan dinamika do’a. Namun mulai tahun 2009
akhir saya mulai menyengajakan untuk membandingkan, untuk melakukan
riset pribadi dengan subyek percobaan diri sendiri. Saya menyengajakan
untuk MENGEJAR TARGET FINANSIAL YANG BESAR dengan DUA CARA.
Kedua cara itu efektif, tapi LEBIH AMAZING CARA KEDUA. Dengan cara pertama target saya terpenuhi namun kerja kerasnya melampaui kadar seharusnya, begitu juga beban pikiran dan emosi yang saya rasakan. Nah dengan cara kedua target tersebut terlampaui jauh. Lebih dari dua kali lipatnya. Saya ulangi, LEBIH DARI DUA KALI LIPATNYA. Dan yang “aneh” kerja saya tidak sekeras yang saya bayangkan. Beban pikiran dan emosi juga sangat jauh bila dibandingkan dengan yang saya alami dengan cara pertama. Mengapa kok bisa begitu? Bukannya yang umum diajarkan dan diyakini itu do’a harus rinci, membuat dan menuliskan impian, mengiba pada Tuhan sampai nangis-nangis dengan pembenaran sebagaimana anak minta sama ayahnya? Saya terus mencari jawabannya. Lama saya tidak menemukannya. Sampai saya tidak terobsesi lagi untuk menemukan jawaban tersebut malah jawabannya nongol sendiri.
Ternyata fenomena yang saya alami itu sangat ilmiah. Ini telah diteliti berulang kali dengan hasil yang sama. Saya akan copas sebuah hasil penelitian tentang kekuatan do’a. Hasil riset ini saya ambil dari sebuah buku karya SOL LUCKMAN yang berjudul “CONSCIOUS HEALING ; BOOK ONE OF THE REGENETICS METHOD” … Saya copas dulu dalam bahasa inggrisnya, nanti saya bahas intinya, bukan terjemahannya lo ya, english saya acak-acakan … ha ha ha ha …
Other research on the healing power of prayer suggests that a major determining factor of success or failure is the level of nonattachment of the pray-er.
Between 1975 and 1993 the Spindrift Foundation performed hundreds of thousands of tests to assess the effectiveness of directed prayer (i.e., focused on a specific outcome) versus non-directed prayer (in which only what is best for the person is requested).
Both directed and nondirected prayer worked better for the control group for whom no prayers were known to be said, but non-directed prayer showed a significantly higher success rate than directed prayer
Bersambung ke bagian 3 ...
Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)
- Cara pertama dengan memperbanyak do’a yang mengiba, memelas, menangis-nangis, ah pokoknya cara yang umum itu. Menuliskan sedetail mungkin target-target saya. Nih Tuhan, harus kayak gini ya pengabulannya.
- Cara kedua saya mengurangi isi doa yang kata-katanya banyak meminta dan memperbanyak menerima apa adanya. Menghilangkan lebay dalam mengiba, memelas, maksa-maksa dan memperbanyak lebay dalam berterima kasih atas kehidupan. Bahkan saya mulai tidak menuliskan target saya, hanya saya inginkan sekilas, tidak pake imajinasi, visualisasi dan tetek bengek yang merepotkan. Saya putuskan dalam cara kedua ini saya TIDAK MAU MENDIKTE TUHAN. Sombong amat gue nyuruh-nyuruh !!!
Kedua cara itu efektif, tapi LEBIH AMAZING CARA KEDUA. Dengan cara pertama target saya terpenuhi namun kerja kerasnya melampaui kadar seharusnya, begitu juga beban pikiran dan emosi yang saya rasakan. Nah dengan cara kedua target tersebut terlampaui jauh. Lebih dari dua kali lipatnya. Saya ulangi, LEBIH DARI DUA KALI LIPATNYA. Dan yang “aneh” kerja saya tidak sekeras yang saya bayangkan. Beban pikiran dan emosi juga sangat jauh bila dibandingkan dengan yang saya alami dengan cara pertama. Mengapa kok bisa begitu? Bukannya yang umum diajarkan dan diyakini itu do’a harus rinci, membuat dan menuliskan impian, mengiba pada Tuhan sampai nangis-nangis dengan pembenaran sebagaimana anak minta sama ayahnya? Saya terus mencari jawabannya. Lama saya tidak menemukannya. Sampai saya tidak terobsesi lagi untuk menemukan jawaban tersebut malah jawabannya nongol sendiri.
Ternyata fenomena yang saya alami itu sangat ilmiah. Ini telah diteliti berulang kali dengan hasil yang sama. Saya akan copas sebuah hasil penelitian tentang kekuatan do’a. Hasil riset ini saya ambil dari sebuah buku karya SOL LUCKMAN yang berjudul “CONSCIOUS HEALING ; BOOK ONE OF THE REGENETICS METHOD” … Saya copas dulu dalam bahasa inggrisnya, nanti saya bahas intinya, bukan terjemahannya lo ya, english saya acak-acakan … ha ha ha ha …
Other research on the healing power of prayer suggests that a major determining factor of success or failure is the level of nonattachment of the pray-er.
Between 1975 and 1993 the Spindrift Foundation performed hundreds of thousands of tests to assess the effectiveness of directed prayer (i.e., focused on a specific outcome) versus non-directed prayer (in which only what is best for the person is requested).
Both directed and nondirected prayer worked better for the control group for whom no prayers were known to be said, but non-directed prayer showed a significantly higher success rate than directed prayer
Bersambung ke bagian 3 ...
Salam Hakikat ...
ARIF RH
(The Happiness Consultant)